Gabungan Soda Kratingdaeng

Autonomous Sensory Meridian Response (ASMR), dan Sebuah Industri Masif Dibelakangnya

Pernahkah kalian merasa bulu kuduk anda berdiri seketika dengan suatu respon yang mengalir dari kepala, turun ke leher, ke pundak, dan seketika merasakan suatu sensasi aneh yang luar biasa nikmatnya tapi juga aneh dalam saat bersamaan? Pernahkah anda merasakan suatu ketenangan dan kedamaian lantaran hanyut mendengarkan ambient sound, seperti suara hujan ataupun suara kicauan burung? Pernahkah anda merasakan sensasi jolting saat anda dibisiki “Su—ki—-” oleh sesosok onee-san yang—– oke yang terakhir itu terlalu halu.

Sumber : https://www.dlsite.com/home/work/=/product_id/RJ01092216.html

Tapi itulah apa yang kita sebagai masyarakat umum sering asosiasikan saat mendengar kata “ASMR”. Suatu istilah medis yang sekarang memiliki sebuah industrinya sendiri, yang semakin menjadi-jadi setelah perkembangan teknologi membuat orang-orang semakin mudah untuk mendapatkan perangkat yang dibutuhkan. Suatu bentuk entertainment yang datang dalam bentuk rangsangan audio, namun memberi dimensi tambahan yang eksklusif dimiliki olehnya saja.

Autonomous Sensory Meridian Response (ASMR)

Sumber: 異世界で配信活動をしたら大量のヤンデレ信者を生み出してしまった件, c4p15

Apabila kita melihat takarir dari ASMR itu sendiri; “Respon klimaks tak terkontrol atas rangsangan”; istilah ini merujuk pada suatu sensasi yang membuat anda tergelitik, terkejut, ataupun terangsang atas stimulasi terhadap indra-indra anda. Yap, mungkin ada banyak cara untuk menafsirkan istilah ini, namun secara umum istilah ini dikenal sebagai “suara-suara yang mampu membuat bulu kuduk berdiri”. Tentu saja, hal ini akan membuat suara-suara dari adegan film horor juga masuk dalam kategori, namun umumnya sensasinya tidaklah terlalu menyenangkan. Kecuali untuk orang-orang yang menyenangi euphoria dari ketakutan dan kengerian. Hal ini menyebabkan orang-orang hanya akan menganggap sesuatu sebagai “ASMR” apabila terdapat poin “mengenakkan” saat merasakan sensasinya.

Dengan definisi ini, setiap orang akan memiliki persepsi sendiri terhadap apa yang bisa dikatakan sebagai ASMR bagi mereka. Ada orang yang menyukai suara hujan, ada orang yang menyukai suara kicauan burung di suasana hutan, dan ada juga yang menyukai suara dibisiki oleh orang dengan situasi tertentu. Apabila suara-suara tersebut dapat menimbulkan respon menggelitik ataupun respon bagaikan terangsang, maka hal tersebut akan sah-sah saja untuk dianggap sebagai “konten ASMR”.

Lambat laun, definisi ini semakin tidak dijadikan sebagai acuan lagi. Orang-orang mulai condong ke definisi yang lebih universal dan lebih luas, dengan definisi umum berupa “stimulan audio/visual yang menyenangkan untuk didengar (dan disaksikan)”. Hal ini membuat apapun yang dirasa membawa nilai-nilai yang dimaksud (menyenangkan, mengenakkan, “aku suka dengar ini”) dimasukkan juga ke dalam kategori konten ASMR, walaupun terkadang secara kasar sahaja. Sebagai contoh, ASMR pekerja bangunan menggunakan alat-alatnya, yang mungkin bagi sebagian besar orang adalah “polusi udara”, namun ada saja orang yang merasa tenang apabila mendengarkannya.

Namun tentunya, apabila kita melihat segmentasi pasar kembali, terdapat beberapa konten ASMR yang unggul secara mayoritas. Baik secara jangkauan (reach) ataupun secara produksi, konten-konten ASMR mulai memiliki subkategorinya sendiri. Sebagai contoh kecil, konten ASMR interaksi antar benda, konten ASMR ambient sound, dan yang mungkin paling populer, konten ASMR interaksi interpersonal. Satu hal umum yang mungkin bisa kita tarik dari contoh kecil, konten-konten ini bukanlah sesuatu yang terjadi secara alami dan seringOke, mungkin untuk ambient sound itu sering terjadi secara alami, tapi kebanyakan akan memiliki minat apabila hal tersebut bukanlah hal yang umum disekitar dia. Mungkin dapat dikatakan efek dari keterbiasaan yang berujung kebosanan.

Selain itu, salah satu yang paling berpengaruh atas efektifitas konten ASMR adalah psikologi dari pendengar. Karena tujuan utama dari konten ini adalah untuk menciptakan suatu sensasi “ketagihan”, maka konten-konten yang appealing akan semakin memiliki peminat, terlebih apabila sudah masuk ke dalam keinginan (desire) ataupun menarik hasrat yang dimiliki orang-orang. Dan ini sejalan dengan apa yang ditawarkan oleh hiburan atau entertainment; sesuatu yang dapat menghibur orang-orang.

Industri

Apabila ada demand, maka akan ada supply. Mudahnya akses terhadap konten-konten digital beserta perangkat keras yang mendukung membuat kita bisa menikmati beragam konten-konten audio yang sejatinya mungkin tidak ada di sekitar kita. Ambil saja contoh orang-orang yang tinggal di daerah pegunungan, sudah mungkin untuk bisa mendengar suara-suara ombak di pantai, ataupun orang-orang yang tinggal di pekotaan yang sudah bisa mendengar suara-suara hutan. Ditambah lagi dengan kualitas audio yang semakin bagus dengan harga yang semakin murah, hal ini membuat aksesibilitas meningkat sehingga minat juga ikut meningkat. Walaupun tidak akan bisa menandingi suara asli dari sumbernya, namun untuk sudah bisa coping dengan harga yang relatif jauh lebih murah. 

Lambat laun, orang-orang mulai memproduksi konten-konten yang menargetkan pasar tertentu untuk memenuhi permintaannya. Monetisasi pun diaktifkan, dan lahirlah bentuk hiburan baru yang semakin berkembang sehingga memiliki industrinya sendiri. Namun, dari sekian banyak segmen pasar yang ada, ada satu segmen yang tampil mencolok.

Hubungan Interpersonal, Afeksi, dan Pembersihan Telinga

Aku ingin di-heal Patra-chan-sama…..

Hubungan sosial adalah salah satu hubungan antar manusia yang kompleks, di mana terdapat interest yang berbeda satu sama lain. Kebutuhan atas pemuasan hasrat yang dimiliki seseorang tidak jarang melibatkan peran orang lain. Contoh singkatnya adalah olahraga. Beberapa olahraga memerlukan orang lain agar bisa dimainkan, dan tentunya melibatkan interaksi sosial dalam prosesnya. Beberapa mungkin tidak melihat ini sebagai opsi yang memungkinkan, mungkin karena kepribadian mereka yang tidak kompatibel, ataupun bukan kesukaan mereka sedari awal. Hal ini menghadapkan pada kasus di mana kita ingin memuaskan keinginan ataupun hasrat masing-masing, tapi tanpa melibatkan adanya hubungan sosial diantaranya. Mungkin saja hal tersebut adalah sesuatu yang memalukan, sesuatu yang cenderung “aneh” dan/atau “menjijikkan”, ataupun sesuatu yang memang tidak memungkinkan untuk dilakukan. Identifikasi terhadap demand ini menghadapkan pada fakta bahwa “kita membutuhkan konten yang melibatkan interaksi interpersonal, namun juga parasosial“. Iriskan permintaan tersebut dengan permintaan yang diinginkan dalam bahasan ASMR sebelumnya, dan lahirlah satu segmen pasar yang sangat sangat sangat sangat spesifik, namun memiliki konten yang tidak kunjung berhenti mengalir.

Mungkin anda pernah melihat bentuk-bentuk konten video ASMR yang memiliki tajuk “Ear Cleaning” atau “Lullaby before sleep” atau “Whispering”. Konten-konten yang sepenuhnya membawa hasrat, keinginan, dan seringkali fantasi dari seseorang, dengan tujuan untuk memberikan sensasi kenikmatan yang jarang atau tidak mungkin diperoleh di dunia nyata. Fakta bahwa adanya kolaborasi antara psikologi dan fantasi membuat konten-konten ini sering berujung pada rasa ketagihan akan hanyutnya diri dalam fantasi yang mungkin tidak akan mungkin terjadi. Namun itulah hiburan. Orang-orang pada akhirnya akan oke saja apabila telah mendapatkan apa yang dia inginkan ataupun merasa terhibur. Dan tentunya jauh lebih convenient mengingat seberapa banyak konten yang telah diproduksi dan seberapa mudahnya untuk mendapatkan konten tersebut.

Kpn yh….
Sumber: https://www.dlsite.com/home/work/=/product_id/RJ01099063.html

Konten-konten ASMR dengan tema meliputi interaksi antar manusia semakin diminati, terlebih oleh kalangan remaja dan dewasa muda sekarang. Ada suatu sensasi yang unik dan fulfilling saat merasakan sensasi telingamu dibersihkan oleh adik angkat, ataupun suara-suara dan celetukan yang terdengar imut yang dilontarkan oleh voice actor/actress dalam peran yang dimainkannya. Hal ini semakin nyata saat ditemani dengan ilustrasi ataupun ambient sound yang menggambarkan situasi yang sedang dimainkan. Dunia sejenak berubah menjadi suatu sandiwara yang segalanya terjadi dalam benak khayalan masing-masing, namun dibantu oleh suara dari karakter yang tentunya jauh lebih sulit untuk dibayangkan (tanpa referensi). Dan pada suatu taraf tertentu, situasi yang dihadirkan sudah memasuki batasan umur yang tentunya memberikan dimensi yang jauh lebih berbeda.

Penutup

Mungkin ada banyak hal yang perlu untuk dikaji lebih dalam dari suatu industri baru yang sudah berkembang dengan sangat besarnya ini. Mengkaji sektor industri kontemporer berbasis media visual tidak akan ada habisnya, terlebih dengan meningkatnya kemudahan akses terhadap media digital. Entah itu media-media umum seperti anime, game, dan komik, ataupun subkultur dari setiap genre seperti TCG, visual novel, dan konten ASMR.

Namun tentunya, industri hiburan akan senantiasa memerlukan jiwa-jiwa kreatif yang senantiasa mampu untuk menghadirkan sesuatu yang baru, segar, dan inovatif. Kemunculan ide untuk membuat konten ASMR berupa pembersihan telinga telah melahirkan satu industri baru dengan minat yang tidak sedikit. Mungkin saja nantinya akan ada industri baru lagi yang lahir akibat berkembangnya teknologi Augmented Reality. Who knows?

Sekian dari penulis, dan jangan pernah anda membuat akun DLSite apabila anda tidak ingin 1000 yen uang anda menghilang setiap kali mengunjungi situs tersebut.