Pop Culture Enthusiast Club

[Review Anime] An Archdemon’s Dilemma: How to Love Your Elf Bride

Musim “Spring 2024” untuk anime sudah berada di penghujung dan beberapa dari judul yang sedang tayang sudah mencapai konklusinya. Terbilang ada banyak judul hit pada musim ini, seperti Mushoku Tensei Season 2, Tensei Shitara Slime Datta Ken Season 3, Ookami to Koushinryou: Merchant Meets Wise Wolf, dan banyak juga judul-judul lainnya yang sempat naik daun sepanjang penayangannya di musim ini. Penulis kali ini melakukan cherry-picking terhadap salah satu anime berjudul “An Archdemon’s Dilemma: How to Love Your Elf Bride”. Mungkin penulis masuk dalam jebakan moe yang secara konsisten dibawa di dalam anime ini, dengan genre utama romance comedy.

Secara sekilas, bentuk promosi dari anime ini, mulai dari PV, poster, dan pengenalan terhadap karakter memberi kesan yang kokoh kalau anime ini akan dipenuhi bumbu romcom. Namun promosi memang umumnya hanya menargetkan hal-hal yang bagus saja, menutup-nutupi hal-hal yang kurang, atau bahkan menurunkan experience penonton. Ada banyak hal yang disayangkan dari anime ini, sehingga saya tidak bisa menjadikan bahan rekomendasi untuk mereka yang mencari keseruan dari romcom. Tapi masih bisa menjadi tontonan yang worthwhile lah.

Oke, mari saja langsung to the point.

Cerita – 6/10

Cerita berfokus ke main character (MC), Zagan, yang sejatinya ingin menjadi seorang pengguna sihir yang hebat. Dirinya tidak memiliki ambisi yang terlalu besar selain untuk belajar hal-hal terkait sihir. Lantas saja dirinya yang selain hikikomori, antisosial, dan juga membenci orang-orang membuatnya tidak memiliki pengalaman bersosialisasi yang cukup.

Dalam rangka untuk refreshing, MC diajak oleh teman…kolega…sahabat(?)-nya untuk datang ke perlelangan budak. Dirinya yang tidak terlalu antusias namun juga tidak memiliki apapun yang ingin dilakukan di hari itu pun mengiyakan, lalu datang ke acaranya. Dan disanalah dia melihat Nephilia (Nephy), sesosok Elf berambut perak yang menjadi item yang akan dilelang. Entah mengapa, sosoknya membuat Zagan terpanah, langsung datang ke tengah-tengah acara, dan menawar harga yang bombastis (yang juga adalah seluruh harta yang ia miliki). Sejak saat itu, Nephy pun mulai untuk tinggal bersama Zagan di suatu kastil yang … terlantar.

Cerita berjalan dengan fokus ke character development dari Nephy dan Zagan, dan dibawa secara konsisten dari awal sampai akhir. Di tengah-tengah cerita terdapat beberapa karakter tambahan yang secara tidak langsung membawa story arc mereka sendiri. Ada Chastille sebagai karakter “antagonis” yang perlahan menjadi tritagonis dalam cerita. Ada Valefor sebagai karakter tambahan yang mendongkrak naik tingkat moe dari anime ini. Dan seperangkat karakter-karakter lainnya yang turut serta meramaikan.

Apa yang dirasa kurang dari cerita dari anime ini adalah adanya momen-momen hilangnya fokus dari tujuan awal yakni mencari cara untuk “mencintai istri elf-mu”. Hal ini secara nyata terlihat saat story arc mulai membahas karakter-karakter selain Zagan dan Nephy. Pengalaman menonton mulai terasa aneh, ditambah dengan nuansa dramatis yang dicoba untuk dibawakan. Sayangnya kesan dramatis ini tidak terlalu efektif, sehingga dirasa sebagai “buang-buang waktu” saja.

Apakah cerita yang dibawakan berhasil membawa tema awal yakni “how to love your elf bride“? Ya dan tidak. Cerita yang dibawakan di anime terkesan terlalu terburu-buru dan seolah-olah dipaksa agar tetap nyambung dengan tema awalnya. Banyak potensi yang dimiliki, mulai dari penjelasan dari archdemon sebelumnya, world building, dan mungkin hal-hal mengenai mekanik dari sihir di dunia ini.

Secara umum, penulis cukup menikmati cerita yang dibawakan, walaupun di pertengahan sempat merasa mengantuk lantaran cerita mulai membosankan. Akhiran cerita juga tidak buruk. Penulis tidak menyarankan untuk menonton anime ini apabila ingin mencari cerita, karena sebenarnya pengalaman yang sepatutnya dicari dari anime ini adalah…

Experience. 8/10

Apabila ingin mengatakan anime ini sebagai moe-bait adalah tidak salah. Kebanyakan momen yang bersinar adalah momen-momen Nephy melakukan sesuatu yang imut, membuat reaksi yang tidak kepalang tingkat keimutannya, dan segenap voiceline yang membuat dirimu merasakan sensasi BADUMH di daerah dada kirimu. Rasanya memang secara konsisten anime ini membuat penontonnya ingin menjadi Zagan. Lagipula, siapa sih yang tidak ingin memiliki istri elf yang segenap jiwanya ingin menemanimu, menyemangatimu, dan membuatmu merasa bahagia dan jauh dari kesendirian? Hal inilah yang secara signifikan mendongkrak popularitas dari anime ini, walaupun masih harus berada di bayang-bayang beberapa anime besar pada musimnya, terlebih dengan energi yang sama seperti “Lv2 kara Cheat datta Motoyuusha Kouho no Mattari Isekai Life“.

Selain itu, penulis ingin dan akan menggunakan halnya sebagai penulis untuk bercerita mengenai Valefor dan mengapa keberadaannya adalah penting untuk menyatukan beberapa karakter tambahan dalam cerita dan mendukung progresi dari hubungan Zagan dan Nephy. Dalam essai ini aku akan…

Musik/BGM. 4/10

Mungkin apa yang penulis rasa sebagai poin yang paling rendah dari anime ini adalah eksekusi dari musik dan BGMnya. Sebagai media visual yang diiringi dengan audio, tentu saja keberadaan dari musik pengiring adalah hal yang penting, karena selain bisa membentuk suasana, musik pengiring juga bisa meningkatkan secara signifikan pengalaman dalam menonton. Hal tersebut sepertinya dilupakan oleh tim editor dan sutradara dari anime ini, sehingga beberapa momen dirasa sangatlah kurang. Mari kita bahas satu per satu.

Opening. Okay-ish/10

Opening dari animenya dirasa cukup oke. Tidak buruk namun juga tidak wah. Apabila disandingkan dengan judul-judul lain seperti Frieren dengan openingnya Yuusha, tentu saja terdapat perbedaan yang nyaris bagaikan langit dan bumi. Granted, tema kedua anime ini sangatlah berbeda. Oleh karena itu mari kita bandingkan yang lebih apple to apple, seperti anime Lv2 (sudah disebutkan di atas). Bahkan dengan perbandingan tersebut, rasanya Lv2 lebih mampu membawa temanya dengan lebih baik, dan juga jauh lebih ikonik.

Mungkin penilaian ini mulai mengarah ke kriteria “seberapa memorable lagu ini” yang sepertinya tidak terlalu memorable bagi saya sendiri. Tapi openingnya sendiri tidak terlalu buruk jadi saya menilai openingnya dengan okay-ish.

Ending. Mantap/10

Endingnya bagus. Selain mampu menangkap nuansa romance yang diharapkan dari anime ini, saya juga memiliki bias yang lumayan terhadap penyanyinya, Sayaka Yamamoto. Performa beliau saat menyanyikan lagu tema dari Rosalie di Memento Mori sangatlah bagus, dan nuansa yang serupa juga dapat dirasakan melalui lagu ending anime ini. Secara pribadi, bisa lebih heartfelt lagi, namun untuk kaliber anime ini rasanya sudah cukup.

BGM. Astagfirullah/10

Mulai dari mana ya…

Secara umum tidak ada BGM yang jelek. Saya pun mengapresiasi pembuat lagu yang telah membuat seperangkat BGM yang digunakan dalam anime ini. Beberapa bagus, kebanyakan pas-pasan. Harusnya dengan ini saya tidak harus sampai menggunakan kata demikian untuk memberi rating terhadap BGMnya, atau bahkan harus membahas BGMnya secara terkhusus.

Tapi apa yang dilakukan oleh tim editor sangatlah tidak terpuji dan dirasa tidak memiliki respect yang cukup terhadap hasil kerja keras dari pembuat BGM. Penempatan BGM yang blepotan, ditambah dengan kurangnya editing, cutting, rearrangement, dan hal-hal lain membuat pengalaman menonton anime ini sesekali dirusak dengan BGMnya yang tidak peka terhadap suasana. Ada momen yang harusnya diisi pembicaraan serius, tapi malah ditempel BGM saxophone. Ada momen yang bernuansa seolah-olah love is in the air tapi BGMnya tidak cocok sama sekali. Dan ini tidak hanya terjadi sekali atau dua kali, namun berkali-kali sehingga rasanya tim editor maupun sutradara tidak terlalu peduli dengan perasaan penonton di akhirnya. Asal tidak kosong-kosong saja, apabila dikatakan secara kasar.

Mungkin ini terasa sangat subjektif karena saya cukup perhatian dengan elemen audio yang dibawakan dalam media audio visual. Terlebih dengan segala pengalaman memainkan visual novel dan game-game lainnya, adanya BGM dirasa sangatlah penting untuk mendukung suasana yang sedang berlangsung. Dan saya rasa anime ini tidak mengeksekusinya dengan bijak. I’m sorry to say, but it would be better without most of the BGMs.

Konklusi. Watchable/10

Anime ini adalah salah satu anime yang masuk ke dalam musim semi 2024, yang dirasa cukup brutal mengingat anime-anime lain yang sedang tayang di waktu yang sama. Sebut saja Mushoku Tensei dan Tensura, tentunya sulit untuk mendapatkan pamor yang cukup. Satu-satunya saving grace dari anime ini adalah Nephy karena kembali lagi ke pertanyaan sebelumnya, siapa sih yang tidak ingin memiliki istri elf yang segenap jiwanya ingin menemanimu, menyemangatimu, dan membuatmu merasa bahagia dan jauh dari kesendirian?

Akhir kata, musim semi 2024 memiliki banyak anime dan saya rasa anime ini cukup oke untuk ditonton apabila kamu memiliki waktu luang yang memang luang. Selanjutnya mungkin saya lebih rekomendasi untuk nonton Henjin no Salad Bowl, yang mungkin akan saya jadikan bahan untuk review di postingan selanjutnya.