Bois de Caures, Flabas, Le 22eme Fevrier 1916, Seorang pria tergeletak di tengah lautan mayat di Bois des Caures. Pria itu hanyalah satu tubuh di antara ribuan tubuh lainnya yang memenuhi tempat itu. Yang membedakan dirinya dari tubuh-tubuh itu hanya satu; tubuhnya masih bernafas, sementara yang lain tidak. Selain dia, semuanya sudah mati. Sudah berapa lama ia tak sadarkan diri? Hal terakhir yang diingatnya adalah rasa sakit yang amat sangat di bahu kanannya dan letusan-letusan tanpa henti akibat badai artileri. Rasa sakit itu masih ada laksana si jago merah yang melalap tubuhnya, namun bunyi letusan dan jeritan penuh derita tak lagi terdengar. Apa semuanya telah berakhir? Apakah akhirnya ia bisa meletakkan senjata untuk selamanya? Bau busuk yang sangat ia kenali menusuk-nusuk hidungnya—bau kematian. Ia tak perlu membuka matanya untuk mengetahui bahwa ia terbaring dalam lautan mayat. Tampaknya teman seperjuangannya—tidak, ia tidak pernah menganggap mereka teman—telah lama meninggalkannya. Ia bisa membayangkan bocah-bocah bodoh yang otaknya penuh dengan ilusi kejayaan itu berbaris dengan dada membusung dengan senapan teracung, melangkahi lautan mayat itu menuju medan berikutnya dan menggantikan pekerjaan Sensenmann—sang pencabut nyawa. Dan mereka pikir mereka telah memuliakan Jerman dengan memerahkan putih Perancis dengan darah rakyatnya. Cih! Mereka semua tertipu mentah-mentah oleh propaganda penguasa. Tak seorang pun yang cukup berakal untuk menyadari bahwa yang namanya membunuh itu hanya mengotori Jerman yang mereka agung-agungkan itu. Pria itu tak tahu apakah ia terberkati atau malah dirundung malang. Tak akan ada seorang pun dalam pasukannya yang mengingat keberadaannya—kalaupun ada, mereka pasti mengira dia sudah tewas. Itu berarti ia bebas; bebas dari […]
cerpen
2 posts
cermin putih - cover
Komik ini ditulis oleh Lemon S.